Jumat, 19 Februari 2010

KEBEBASAN PERS atau KEBABLASAN PERS ??

KEBEBASAN PERS atau KEBABLASAN PERS ??

Ada fenomena menarik yang terjadi dalam prilaku masyarakat kita belakangan ini. Entah bagaimana awalnya, sekarang terlihat timbulnya keinginan untuk terkenal atau tampil di media massa dan televisi yang begitu besar dari masyarakat. Hal ini, entah disebabkan oleh obsesi pribadi atau terpengaruh oleh kehidupan artis yang setiap saat di liput media. Tidak ada yang salah terhadap fenomena ini kalau saja disalurkan dengan positif semisal dengan membangun karir dan keahlian serta kreativitas dengan cara yang lumrah. Tentu ini baik bagi dunia hiburan serta menambah banyak artis baru.
Tapi anehnya, yang terjadi saat ini adalah timbulnya paham baru, bahwa kalau mau terkenal, cara pintasnya adalah :
1. Selalu anti pemerintah saja, pasti di liput media cetak dan televisi,
2. Hujat saja kebijakan pemerintah lalu demonstrasi ( walau dengan 5-6 teman ) pasti masuk TV dan Koran,
3. Melawan hukum saja, lalu pura-pura dianiaya ( pukuli diri sendiri pun jadi ) pasti di blow up
4. Berbuat anarkis saja pasti langsung dapat liputan khusus.

Sekarang pertanyaan yang timbul adalah, Salah Siapa ??? Persnya atau Masing2 Pelakunya ?
Kalau lebih di cermati, selera masyarakat pelan tapi pasti mulai bergeser kearah negatif yaitu menyenangi hal2 yang tersebut di atas. ( Tapi saya masih yakin tidak semua orang kok.. ).
Lucunya, Koran atau TV pun akhirnya ( atau justru jadi awal semua ini ??? ), menganggap bahwa kalau mau ditonton, digemari atau laku dibeli oleh masyarakat, “harus” meliput hal2 tadi. Apakah ini yang dimaksud dengan Kebebasan Pers? Apakah ini justru menjadi Kebablasan Pers ?
Kenapa dikatakan demikian, pers dituntut untuk selalu menyajikan pemberitaan yang berimbang, bertanggung jawab dan independen. Tapi prakteknya, masih ada media ( mungkin karena pengaruh dan perintah pemilik yg anti SBY ) yang menyajikan berita yang selalu menyorot kekurangan dari pemerintah an SBY sekecil apa pun, tanpa mau berimbang untuk menyajikan program dan keberhasilan pemerintah. Bahkan tak jarang menyiarkan suatu berita tanpa didasari fakta yang kuat ( cuma dugaan reporternya ) dan tidak mau mengklarifikasi ke objek beritanya. Lantas dapatkah itu kita katakan pers berimbang, bertanggung jawab dan independen ???? Apakah ini yang namanya Kebebasan Pers ?? Atau dapatkah ini kita namakan Kebablasan Pers ??
Akhirnya kita cuma bisa berharap, semoga tidak semua pers sedang mencoba mengarahkan/ menggiring pola pikir masyarakat agar menjadi masyarakat yang menyukai hal2 yang negatif seperti hal- hal di atas. Semoga Pers tidak sedang merubah diri untuk sekedar menjadi pers yang mengikuti pola dagang semata ( pokoknya cari untung saja tanpa etika yang layak ). Semoga pers bisa menerjemahkan arti KEBEBASAN PERS dengan benar. Semoga pers TIDAK SEDANG MENEGAKAN KEBABLASAN PERS !!! Semoga…..semoga….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar